Mencari cara untuk tetap tenang, bijaksana, dan rasional
bisa terkesan terasa sulit. Namun di tengah berbagai tantangan hidup, ada
sebuah filosofi kuno yang tetap relevan: stoicisme.
Filosofi ini mengajarkan kita untuk mengendalikan reaksi
terhadap peristiwa eksternal dan bukan membiarkan perasaan atau kondisi di luar
kendali kita mendikte cara kita hidup.
Tapi, apa sebenarnya stoicisme itu, dan mengapa banyak orang
mulai tertarik untuk mempelajarinya? Mari kita telusuri lebih dalam.
Apa Itu Stoic?
Stoicisme adalah sebuah aliran filosofi yang pertama kali
berkembang di Yunani Kuno pada abad ke-3 SM. Didirikan oleh Zeno dari Citium,
stoicisme mengajarkan bahwa kebahagiaan sejati berasal dari kebajikan,
pengendalian diri, dan penerimaan terhadap hal-hal yang tidak dapat kita ubah.
Para stoik percaya bahwa emosi berlebihan, seperti amarah,
cemas, atau keserakahan, hanya akan mengganggu kedamaian batin. Dan hidup yang
penuh kebijaksanaan dan kedamaian hanya bisa tercapai jika kita belajar untuk
menerima segala hal dengan lapang dada.
Para pemikir besar seperti Epictetus, Seneca,
dan Marcus Aurelius adalah tokoh-tokoh stoik yang warisan ajarannya
terus bertahan hingga hari ini. Meskipun mereka hidup ribuan tahun yang lalu,
prinsip-prinsip stoicisme tetap relevan untuk kita hadapi di dunia modern ini.
Prinsip-Prinsip Stoicisme yang Bisa Diterapkan dalam
Kehidupan Sehari-hari
1. Fokus Pada Apa yang Bisa Kita Kontrol
Salah satu ajaran dasar stoicisme adalah memusatkan
perhatian hanya pada hal-hal yang dapat kita kontrol. Kita tidak bisa
mengendalikan cuaca, tindakan orang lain, atau nasib yang tidak terduga.
Tapi kita dapat mengontrol reaksi kita terhadapnya.
Misalnya, ketika kita menghadapi masalah di tempat kerja, alih-alih membiarkan
frustrasi mengambil alih stoicisme mengajarkan kita untuk tetap tenang dan
mencari solusi yang rasional.
Dengan cara ini kita tidak terjebak dalam perasaan cemas
atau kecewa terhadap hal-hal yang tidak ada dalam kendali kita. Prinsip ini
membantu kita menjaga kestabilan emosional, bahkan saat menghadapi situasi yang
penuh tekanan.
2. Penerimaan Terhadap Keadaan
Stoik mengajarkan kita untuk menerima kenyataan hidup. Tidak
semua hal dalam hidup berjalan sesuai rencana dan itu adalah bagian dari
kehidupan. Dengan menerima bahwa hidup ini penuh ketidakpastian dan tantangan,
kita tidak terjebak dalam kekecewaan ketika hal-hal tidak berjalan seperti yang
kita inginkan.
Meskipun rencana perjalananmu dibatalkan karena cuaca buruk
atau jika pekerjaan yang diinginkan tidak tercapai, alih-alih meratapi situasi
tersebut stoicisme mengajarkan kita untuk melihatnya sebagai peluang untuk
belajar dan berkembang. Penerimaan ini mengurangi perasaan tidak puas dan
memberi kita ketenangan batin.
3. Membangun Kebajikan sebagai Tujuan Utama
Menurut stoicisme, tujuan hidup yang sesungguhnya adalah
untuk hidup sesuai dengan kebajikan bukan mencari kesenangan atau kekayaan
materi.
Kebajikan dalam stoikisme meliputi kebijaksanaan, keberanian,
keadilan, dan pengendalian diri. Dengan mengembangkan kebajikan
dalam diri kita bisa hidup lebih selaras dengan diri sendiri dan memiliki rasa
damai yang lebih mendalam.
Ketika menghadapi situasi yang penuh godaan atau ketegangan,
stoik mengajarkan kita untuk tetap bijaksana dan tidak tergoda oleh emosi
sesaat. Keberanian untuk tetap berpegang pada prinsip kebajikan ini dapat
membantu kita menghadapi berbagai tantangan hidup dengan kepala tegak.
4. Menghargai Waktu yang Kita Miliki
Filosofi stoik juga mengajarkan kita untuk menghargai waktu
yang kita miliki. Marcus Aurelius, salah satu tokoh stoik terkenal sering
menekankan betapa singkatnya waktu hidup kita dan bagaimana kita seharusnya
menggunakannya untuk hal-hal yang benar-benar berarti.
Dengan mengingat bahwa waktu adalah salah satu sumber daya
yang paling terbatas stoikisme mendorong kita untuk menjalani hidup dengan
penuh perhatian dan tujuan.
Ketimbang terjebak dalam rutinitas atau kegiatan yang tidak
produktif, stoikisme mendorong kita untuk memanfaatkan waktu kita untuk hal-hal
yang mendatangkan kebajikan dan kebahagiaan jangka panjang, seperti belajar,
berbuat baik kepada orang lain, dan merawat diri sendiri.
Mengapa Perlu Belajar Stoicisme di Zaman Sekarang?
Pada zaman sekarang banyak orang merasa terjebak dalam
tekanan sosial, karier, dan ekspektasi yang datang dari berbagai arah.
Teknologi yang terus berkembang, media sosial, dan standar
kecantikan serta kesuksesan yang ada di sekitar kita bisa memunculkan perasaan
cemas dan stres. Inilah mengapa ajaran stoikisme bisa sangat relevan untuk kita
semua.
1. Mengurangi Stres dan Kecemasan
Di dunia yang serba cepat ini, kita sering merasa tertekan
dengan tuntutan hidup yang tidak ada habisnya. Stoikisme mengajarkan kita untuk
tidak terlalu terikat pada hasil akhir dan untuk lebih fokus pada proses.
Dengan cara ini, kita bisa mengurangi perasaan cemas yang
berlebihan terhadap hal-hal yang sebenarnya tidak bisa kita kontrol. Hal ini
juga mengajarkan kita untuk lebih menghargai momen saat ini, daripada terjebak
dalam kecemasan tentang masa depan atau penyesalan tentang masa lalu.
2. Meningkatkan Kepercayaan Diri
Dengan menginternalisasi prinsip-prinsip stoikisme, kita
bisa menjadi lebih tenang dan percaya diri dalam menghadapi tantangan hidup.
Stoikisme membantu kita memahami bahwa kita tidak perlu takut
pada penilaian orang lain atau kekurangan yang kita miliki, karena yang
terpenting adalah hidup dengan integritas dan kebajikan.
Kepercayaan diri yang datang dari dalam ini lebih tahan lama
dan lebih bermakna daripada kepercayaan diri yang dibangun hanya berdasarkan
pengakuan eksternal.
3. Menjadi Lebih Bijaksana dalam Mengambil Keputusan
Stoikisme juga mengajarkan kita untuk berpikir rasional
sebelum mengambil keputusan. Di dunia yang penuh dengan pilihan, seringkali
kita terjebak dalam kebingungan dan kebimbangan.
Dengan latihan stoikisme, kita belajar untuk melihat situasi
dengan lebih jelas dan membuat keputusan yang bijak, bukan berdasarkan emosi
sesaat atau pengaruh luar.
4. Mencapai Kedamaian Batin
Dengan menerapkan stoikisme dalam hidup sehari-hari, kita
bisa mencapai kedamaian batin yang sejati. Stoik mengajarkan kita untuk tidak
terpengaruh oleh hal-hal yang ada di luar diri kita. Ini memberi kita kebebasan
untuk hidup dengan lebih tenang, lebih fokus, dan lebih bahagia, meskipun dunia
di sekitar kita sering kali kacau.
Belajar stoikisme tidak berarti menekan emosi atau menjadi
apatis terhadap kehidupan. Ini adalah cara untuk hidup dengan lebih sadar,
bijaksana, dan dalam harmoni dengan diri kita sendiri.
Ketika kita belajar untuk mengendalikan reaksi kita terhadap
dunia luar dan menghargai kebajikan sebagai tujuan hidup, kita dapat menjalani
kehidupan yang lebih bermakna dan penuh kedamaian. Stoicisme mengajarkan kita
untuk tidak hanya bertahan hidup tapi untuk hidup dengan kualitas yang lebih
tinggi.