Pernah merasa otak
terasa kosong, tubuh tak mampu bergerak dengan energi yang tersisa, dan fokus
seolah menghilang begitu saja? Generasi Z punya istilah baru untuk
menggambarkan kondisi ini, jam koma. Istilah yang tengah viral ini
mencerminkan keadaan linglung akibat kelelahan fisik dan mental, sering kali
dirasakan setelah menjalani aktivitas yang intens.
Apa Itu Jam Koma?
Jam koma bukanlah
istilah medis, tetapi lebih pada gambaran kondisi ketika seseorang merasa
sangat lelah hingga kehilangan kemampuan untuk berkonsentrasi atau berfungsi
normal. Biasanya, keadaan ini muncul pada waktu-waktu tertentu dalam sehari,
seperti sore hingga malam, setelah tubuh dan pikiran dipaksa bekerja tanpa
jeda.
Menurut psikolog, jam
koma mirip dengan kelelahan kognitif, yaitu situasi ketika otak terlalu
dipaksa berpikir tanpa istirahat yang memadai. Efeknya, fungsi kognitif seperti
fokus, memori, dan kemampuan mengambil keputusan mengalami gangguan. Gen Z
sering mengalaminya karena tekanan dari rutinitas modern yang padat, kebiasaan
multitasking, hingga penggunaan gadget berlebihan
Mengapa Jam Koma
Terjadi?
Berbagai faktor
menjadi pemicu utama dari kondisi ini:
- Kurang Tidur
Banyak anak muda terbiasa begadang untuk menyelesaikan tugas, menonton serial, atau sekadar berselancar di media sosial. Ketika tubuh kekurangan waktu istirahat, kelelahan menumpuk dan puncaknya adalah jam koma. - Penggunaan Gadget Berlebihan
Interaksi tanpa henti dengan layar ponsel atau komputer membuat otak bekerja ekstra untuk memproses informasi. Ini memicu kelelahan yang sering kali tidak disadari. - Gaya Hidup Tidak Seimbang
Asupan makanan cepat saji, kurang olahraga, serta konsumsi kafein berlebihan dapat mempercepat penurunan energi. - Stres dan Tekanan Lingkungan
Tuntutan sosial, akademik, atau pekerjaan membuat Gen Z berada dalam kondisi tekanan terus-menerus. Akibatnya, tubuh dan otak kelelahan secara bersamaan
Di media sosial, Gen Z
sering membagikan momen jam koma melalui video singkat. Contohnya, lupa
mengambil uang setelah menarik dari ATM, salah bicara dalam percakapan, atau
bahkan tertidur di tengah aktivitas harian. Hal-hal sederhana ini menjadi
simbol bagaimana ritme kehidupan modern memengaruhi kemampuan otak untuk tetap
fokus
Meski terdengar
negatif, jam koma juga menyimpan pelajaran penting tentang kebutuhan
untuk mendengarkan tubuh. Dalam berbagai unggahan, banyak yang berbagi tips
sederhana untuk keluar dari kondisi ini, seperti mengambil waktu untuk
istirahat, makan makanan bergizi, atau sekadar meluangkan waktu untuk berbicara
dengan teman.
Generasi muda mulai
menyadari bahwa produktivitas tidak harus selalu mengorbankan kesehatan fisik
dan mental. Istirahat tidak hanya hak, tetapi juga kebutuhan dasar agar tetap
bisa menjalani hari dengan penuh energi dan semangat.
Menghadapi jam koma
berarti menghadapi kenyataan bahwa tubuh dan pikiran membutuhkan keseimbangan.
Dengan belajar dari pengalaman ini, banyak yang berharap dapat lebih memahami
diri sendiri dan menciptakan pola hidup yang lebih sehat.