BLANTERVERIONv101
TEMPLATEVERIONv101

Pergeseran Makna Kata Bentuk Evolusi Bahasa: Dari 'Acuh' hingga 'Receh'

Kembang Wae
Image

 


Bahasa adalah sesuatu yang dinamis. Seiring waktu, kata-kata mengalami perubahan makna, baik karena pengaruh budaya, kebiasaan, maupun perkembangan teknologi.

Salah satu contoh yang sering dibahas adalah pergeseran makna kata "acuh" dalam bahasa Indonesia. Awalnya, "acuh" berarti peduli atau memperhatikan. Namun, kini sebagian besar orang menggunakan kata ini dengan arti yang berkebalikan—tidak peduli.

Fenomena ini menunjukkan bagaimana makna kata bisa berubah sesuai dengan konteks penggunaan dalam kehidupan sehari-hari, terutama di era digital di mana informasi dan komunikasi berkembang sangat cepat.

 

1.       Acuh, Dari Peduli Menjadi Tidak Peduli

Kata "acuh" adalah salah satu contoh paling jelas dari pergeseran makna kata di bahasa Indonesia. Secara etimologis, kata ini berasal dari bahasa Melayu yang berarti peduli atau memperhatikan.

Dalam KBBI, makna asli dari "acuh" masih tertulis sebagai "memedulikan" atau "menghiraukan." Namun, dalam percakapan sehari-hari, kita lebih sering mendengar ungkapan seperti "dia acuh tak acuh" yang justru berarti tidak peduli.

Perubahan makna ini bisa jadi disebabkan oleh frasa "acuh tak acuh" itu sendiri, di mana "tak acuh" berarti tidak peduli. Akhirnya, kata "acuh" mulai disalahartikan dan dipahami sebagai lawan dari makna aslinya. Pergeseran ini menunjukkan betapa mudahnya kata mengalami perubahan makna dalam konteks sosial yang berubah-ubah.

 

2.       Viral, Dari Biologi ke Dunia Maya

Pergeseran makna kata juga terjadi pada istilah yang lebih modern. Salah satu contohnya adalah kata "viral."

Pada awalnya, kata ini digunakan dalam konteks biologi untuk menggambarkan penyebaran virus. Namun, dengan perkembangan internet dan media sosial, "viral" kini lebih sering digunakan untuk menggambarkan sesuatu yang cepat menyebar di dunia maya, seperti video, meme, atau berita.

Kata "viral" menunjukkan bagaimana teknologi dan media sosial dapat memengaruhi makna kata. Di era digital, konten yang menjadi "viral" adalah konten yang cepat populer, tersebar luas, dan dilihat oleh banyak orang dalam waktu singkat. Pergeseran ini memperlihatkan betapa cepat bahasa dapat berevolusi seiring dengan perkembangan teknologi.

 

3.       Receh, Dari Koin Kecil ke Humor Ringan

Kata "receh" juga mengalami pergeseran makna yang menarik. Dulunya, kata ini merujuk pada uang koin dengan nilai kecil. Namun, di kalangan pengguna media sosial terutama generasi muda, "receh" kini digunakan untuk menggambarkan lelucon atau humor ringan yang dianggap sederhana atau tidak terlalu lucu, tetapi tetap menghibur.

Frasa "humor receh" menjadi bagian dari bahasa gaul yang populer, menggambarkan bagaimana kata yang awalnya berkonotasi finansial bisa bergeser menjadi istilah yang berhubungan dengan hiburan.

 

4.       Jadi, Dari Penunjuk Perubahan ke Bentuk Penegasan

Di media sosial, kita juga sering menemukan penggunaan kata "jadi" dengan makna yang berbeda dari aslinya. Kata ini biasanya digunakan untuk menandai sebuah perubahan atau hasil akhir, seperti dalam kalimat "jadi apa kamu sekarang?"

Namun di platform seperti Twitter atau Instagram, kata "jadi" sering digunakan sebagai penegasan atau pemberi tekanan, misalnya "Jadi, gini ceritanya." Pergeseran ini menunjukkan bagaimana bahasa gaul memengaruhi penggunaan kata-kata sehari-hari, menciptakan nuansa baru yang lebih santai dan informal.

 

5.       Curhat: Dari Curahan Hati ke Status Publik

Istilah "curhat" dulunya merujuk pada tindakan berbicara dengan seseorang secara pribadi tentang masalah pribadi atau perasaan.

Namun, dengan perkembangan media sosial, "curhat" kini lebih sering dipahami sebagai tindakan mengungkapkan perasaan atau pendapat secara publik, baik melalui status di Facebook, unggahan di Instagram, atau cuitan di Twitter. Makna curhat bergeser dari sesuatu yang bersifat intim dan privat menjadi sesuatu yang dapat dilihat oleh banyak orang.

 

6.       Ghosting: Dari Kisah Horor ke Dunia Percintaan

Kata "ghosting" awalnya digunakan untuk menggambarkan situasi dalam cerita horor, di mana seseorang dikejar atau diganggu oleh hantu.

Namun, dalam konteks hubungan percintaan dan pertemanan, "ghosting" kini berarti tindakan menghilang atau memutuskan komunikasi secara tiba-tiba tanpa penjelasan. Fenomena ini kerap dibicarakan di media sosial, terutama dalam percakapan tentang hubungan digital, dan menjadi bagian dari kosakata modern yang umum.

 

7.       Auto: Dari Otomatis ke Jaminan Kepastian

Kata "auto" yang biasanya merujuk pada sesuatu yang berjalan otomatis kini memiliki arti yang lebih luas di media sosial.

Misalnya, dalam frasa "auto kaya" atau "auto famous," kata ini digunakan untuk menggambarkan kepastian akan sesuatu yang terjadi tanpa usaha ekstra. Penggunaan kata ini menunjukkan bagaimana bahasa sehari-hari dapat berevolusi menjadi ekspresi yang lebih hiperbolis dan dramatis dalam percakapan online.

 

Perubahan makna kata adalah fenomena alami yang terjadi sepanjang sejarah bahasa. Namun di era digital pergeseran makna kata berlangsung lebih cepat dan meluas, berkat internet dan media sosial yang mempercepat penyebaran kata-kata baru atau perubahan maknanya.

Pergeseran ini bukan hanya mencerminkan bagaimana kata-kata digunakan dalam percakapan, tetapi juga bagaimana masyarakat modern mengadaptasi bahasa sesuai dengan kebutuhan komunikasi mereka yang terus berkembang.

Sebagai pengguna bahasa, penting bagi kita untuk tetap sadar akan perubahan ini. Pergeseran makna kata dapat memperkaya bahasa dan menciptakan nuansa baru dalam berkomunikasi, tetapi juga bisa menimbulkan kesalahpahaman jika tidak dipahami dengan baik.

Dengan memahami dinamika bahasa, kita dapat menjadi komunikator yang lebih baik dan lebih efektif dalam menyampaikan pesan, baik secara lisan maupun tulisan.

Image
Image

Comments

BLANTERVERIONv101