Hasil
sensus mengatakan bahwa Gen Z mencapai jumlah 75,49 juta jiwa atau setara
dengan 27,94 persen dari seluruh total penduduk Indonesia.
Hal
ini membuktikan bahwa Gen Z benar-benar memiliki pengaruh atas perubahan yang
terjadi di Indonesia. Salah satu pengaruh yang sangat besar terjadi sebab
sumbangsih Gen Z adalah penurunan minat pada pernikahan.
Dimana
pada tahun 2024 angka pernikahan di Indonesia tercatat mengalami penurunan
drastis yang menimbulkan pertanyaan tentang penyebab dibalik fenomena ini. Bahkan
data mengatakan sekitar 65,82 juta jiwa
penduduk Indonesia berusia 16-30 tahun 64,56% -nya masih berstatus lajang atau
jomblo.
1.
Perubahan Nilai dan Prioritas Generasi Z
Generasi
Z yang terdiri dari individu yang lahir antara pertengahan 1990-an hingga awal
2010-an, tumbuh di dalam era teknologi dan globalisasi yang cepat.
Menjadi
sebab mengapa Gen Z cenderung memiliki nilai-nilai yang berbeda dari generasi
sebelumnya. Dengan berbagai macam paham yang memiliki sudut pandang berbeda. Salah
satu contoh seperti fokus Gen Z yang lebih besar pada pencapaian pribadi, karir
serta kemandirian.
Hal
ini sering kali menyebabkan mereka memiliki penundaan dalam keputusan besar
yaitu termasuk hubungan komitmen sebuah pernikahan. Gen Z akan benar-benar
memikirkan ulang untuk melangkah ke dalam jenjang pernikahan.
Seiring
berjalannya waktu, nilai-nilai tradisional tentang pernikahan dan keluarga
mungkin tidak lagi menjadi prioritas utama bagi Gen Z. Bab perihal pernikahan
menjadi hal yang kurang menarik bagi Gen Z. Lantaran banyaknya momok dan
tekanan yang mengubah nilai dan prioritas Gen Z.
Gen
Z mungkin lebih tertarik untuk mengejar pendidikan yang lebih tinggi, membangun
karir yang sukses, dan mengeksplorasi kebebasan pribadi sebelum memasuki
komitmen pernikahan yang terbilang cukup berat bagi mereka.
2.
Tantangan Ekonomi dan Finansial
Tantangan
ekonomi juga memiliki peran penting dalam penurunan angka pernikahan di
kalangan Gen Z. Tingginya biaya hidup berbanding terbalik dengan gaji yang
mereka terima.
Sebagai
contoh berdasarkan hasil survei tahun 2022, di Jakarta nilai rata-rata konsumsi
tembus mencapai Rp 14,88 juta per bulan sangat tidak sebanding dengan upah
minimum provinsi (UMP) Jakarta yang hanya sebesar Rp 4,9 juta per bulan.
Belum
lagi tingkat pengangguran yang tinggi di Indonesia menjadi bayang-bayang
tersendiri bagi para Gen Z.
Ketidakpastian
ekonomi membuat para Gen Z ragu untuk memasuki komitmen hubungan pernikahan
yang membutuhkan stabilitas ekonomi dan finansial.
Belum
lagi biaya pernikahan yang semakin melonjak tinggi yang menjadi hambatan bagi
Gen Z. Mereka mungkin merasa sulit menemukan sumber daya yang cukup untuk
memenuhi tuntutan pernikahan seperti membayar mahar dan biaya pernikahan.
Itu pun
belum terpikirkan tentang bagaimana mereka akan tinggal. Harga tanah yang kian
meningkat, keterbatasan lahan dan pilihan. Ataupun harga sewa dan kontrak yang juga
sama menyulitkan. Menjadikan Gen Z lebih sibuk mengais rezeki ketimbang
mengurusi kehidupan pribadi seperti romantisme.
3. Perubahan Pola Hidup dan Budaya
Perubahan
pola hidup dan budaya yang dipengaruhi oleh globalisasi dan pengaruh media
sosial, juga menjadi salah satu faktor mengapa minat gen Z terhadap pernikahan
kian menurun.
Adanya
pengaruh globalisasi dan akses media sosial yang mudah secara tidak langsung
keduanya memiliki peran penting dalam mengatur pola hidup dan budaya Gen Z serta
menjadi tolak ukur dalam keputusan yang akan mereka buat.
Mereka
mungkin lebih terbuka terhadap gaya hidup yang tidak terikat, mengeksplorasi
hubungan yang lebih bebas, atau bahkan memilih untuk hidup sendiri tanpa
menikah.
Konsep
tentang "kebebasan" dan "pilihan" telah mengalami evolusi
dalam pola pikir masyarakat modern terutama kalangan Gen Z.
Hal
tersebut membuat Gen Z lebih memilih untuk menjalani kehidupan sesuai dengan
keinginan mereka tanpa tekanan dan lebih mementingkan kenyamanan pribadi mereka
ketimbang memikirkan pernikahan.
Kesimpulan
Dengan
adanya perubahan nilai, tantangan ekonomi dan perubahan pola hidup, penting
bagi masyarakat Indonesia untuk memahami dinamika yang menjadi pengaruh minat Gen
Z pada sebuah pernikahan.
Para
generasi sebelumnya juga perlu memahami nilai dan prioritas yang dianut Gen Z berbeda
dengan apa yang mereka yakini. Perubahan pola hidup dan budaya juga menjadi
salah satu yang perlu dicermati oleh generasi sebelum Gen Z.
Ketidakpastian
ekonomi dan stabilitas finansial memerankan alasan mengapa sampai sekarang
minat Gen Z terhadap pernikahan kian menurun.
Namun
sembari tetap menghormati nilai-nilai tradisional, sangat penting sekali untuk
memahami perspektif Gen Z yang berbeda dalam upaya mengatasi penurunan angka
pernikahan yang signifikan di Indonesia.