Siapa sih yang tidak suka makanan lezat saat
berbuka puasa? Sunah berbuka dengan yang manis-manis jadi identik bagi kaum
muslim dalam berbuka. Di setiap bulan suci Ramadhan yang tiba pasti selalu saja
ada berkah yang mengikuti.
Tidak luput tahun ini, ada sebuah berkah yang
dapat dinikmati oleh semua kalangan dan golongan. Berkah yang terbilang unik
lantaran muncul karena adanya interaksi antar netizen Indonesia yang berbeda
latar belakang agama. Yaitu sebuah tren
“War Takjil” telah menjadi sorotan di dunia sosial media terutama Tiktok.
Dimana netizen non muslim ikut
berbondong-bondong memborong takjil sehingga para muslim takut tidak kebagian.
Alhasil terjadilah perang takjil yang merambah
kemana-mana. Salutnya, toleransi yang terkandung di dalam perang takjil jadi
salah satu nilai yang sangat penting terhadap keberagaman di Indonesia.
Lalu apa aja sih dampak dari adanya fenomena “War Takjil” atau perang takjil di media sosial Tiktok ?
1. Kerukunan dan Persatuan dalam Kelucuan
Konten “War Takjil” di TikTok sering kali menampilkan umat dari berbagai agama saling bercanda berebut takjil. Meskipun berisi candaan yang kadang bikin geleng-geleng kepala. Nyatanya hal itulah yang justru semakin mempererat rasa saling menghargai dan menghormati antar umat beragama di Indonesia.
Komentar seperti “Nanti gantian kuborong jeruk
biar kamu sembahyang pakai nutrisari jeruk”.
Atau “Ayo borong telur biar Paskahnya pakai
kidder joy”.
“Kita angkut pohon palma, nanti diganti pakai
daun salam aja”.
Tidak membuat para netizen yang membacanya
menjadi geram. Malah menciptakan gambaran yang positif tentang kerukunan dan
persatuan antar umat beragama. Walaupun kolom komentar berisi saling membalas
dendam supaya pihak lain kesusahan.
Namun hal itu tidak pernah terjadi. Dan hanya
ada dalam kata-kata yang tertulis di kolom komentar saja.
Pada akhirnya membuat mereka saling mengetahui
tentang adat dan tata cara umat beragama lain lewat sebuah kolom komentar konten-konten
unik bertemakan “War Takjil”.
Para netizen menjadi belajar beraneka ragam
agama dan mendapat pengetahuan baru yang menjadi bekal untuk saling bertenggang
rasa.
2.
Menghadirkan Nuansa Kehangatan dan
Keterbukaan
Meskipun terjadi situasi berebut takjil yang kian memanas bahkan sekarang meluas ke perang baju lebaran. Nuansa kehangatan dan keterbukaan antar umat beragama dengan saling bertukar candaan dan cerita ikut semakin terasa.
Keterbukaan antar umat yang tidak merasa baper
dengan komentar-komentar netizen dalam setiap konten video war takjil.
Memberikan rasa kehangatan tertentu yang bisa dirasakan oleh semua kalangan
netizen yang terlibat.
Kondisi tersebut menciptakan momen yang
menyenangkan dan menghibur untuk para netizen Indonesia di tengah hiruk pikuk
aktivitas sosial media.
3.
Membangun Komunitas Toleransi
Dari
video konten-konten “War Takjil” secara tidak langsung membangun
komunitas yang peduli dan toleran di dalam sosial media TikTok.
Orang-orang dengan latar belakang agama yang
berbeda saling terbuka dan menghargai satu sama lain tanpa adanya kata baper di
setiap komentar kontennya. Bahkan jika ada oknum-oknum tertentu yang membawa
serius candaan “War Takjil” akan kena hujat para netizen.
Orang-orang intoleran, mudah tersulut emosi
dan tidak bisa diajak bercanda sangat tidak cocok untuk ikut bergabung dalam
konten “War Takjil”. Secara natural komunitas toleran ini terbentuk karena
adanya perang takjil dalam media sosial Tiktok.
Semua itu membuat terciptanya lingkungan yang
inklusif dalam dunia maya dengan perkumpulan netizen yang memiliki sense humor
sama serta keterbukaan & penerimaan yang penuh.
4.
Menciptakan Ruang Diskusi dan
Pemahaman
Viralnya konten “War Takjil” juga menciptakan
ruang untuk para netizen berdiskusi dan berbagi pemahaman yang lebih dalam
tentang agama dan budaya satu sama lain. Ruang yang tercipta dalam media sosial
cenderung lebih luas dan tanpa batas untuk saling melontarkan
komentar-komentar.
Orang-orang dapat dengan leluasa berbagi
pengalaman, cerita, dan pengetahuan tentang praktik keagamaan mereka. Kemudian memiliki dampak dalam membantu
memperluas wawasan dan pemahaman tentang keragaman agama di Indonesia.
Kesimpulan
Melalui viralnya konten “War Takjil” di
TikTok, kita melihat bagaimana media sosial dapat menjadi alat yang kuat untuk
menyampaikan dan menyebarkan rasa toleransi serta membangun rasa persatuan
antar umat beragama.
Meskipun harus berbalutkan candaan yang
mungkin membuat orang menggelengkan kepala. Ending dari “War Takjil” akan tetap
bisa diterima oleh netizen manapun.
Harapan dari adanya konten-konten kreatif yang
berseliweran di sosial media tidak hanya menjadi ajang viral tapi juga dapat terus
menghasilkan konten yang menginspirasi dan mendidik.
Tidak luput juga bahwa konten di media sosial nyatanya
dapat mempersatukan bangsa dengan berbagai keragaman dan budaya.
Jadi tugas kita adalah dapat terus membangun
masyarakat yang lebih inklusif, ramah, dan toleran di Indonesia dan di seluruh
dunia lewat berbagai cara termasuk konten “War Takjil” dengan humornya.