Aku
yang terdiam bimbang dengan segala macam pikiran. Tentangmu yang masih
menggantung bebas di angkasa sana. Dalam angkasa hati yang luas tak terkira.
Kau, aku dan dirimu. Terpaut rasa dalam lingkaran drama realita. Gegabah ? tak
bisa. Bebas menyatakannya ? apalagi. Semua ada aturan mainnya. Yang jika kau
salah melangkah saja hati dalam dadamu kan hilang seketika.
Hari
ini, kemarin bahkan mungkin besok. Tak lagi terdengar kabar darimu. Darinya
juga. Mungkin karna aku yang menghilang. Pergi menjauh supaya hati tak lagi
bermimpi. Tapi, sakit sangat menusuk,mencekam, memegang erat. Berpura pura
tegar dengan berusaha acuh padanya? Bisakah ku lakukan ? Mustahil.
Kau
dan dirinya sama. Yang masih terbungkus rapi dengan beribu misteri. Buram.
Tanpa kejelasan. Haruskah ku pecahkan sendiri ? Dengan hanya beberapa bukti
realita yang pantas di logika?Sepertinya tidak. Biarkan tuhan yang menuntun
waktu tuk membukanya saja.
Menunggu,
bersabar dengan segala tindak darimu ? lalu ingin kau jadikan apa aku ? manusia
yang tersiksa dengan rindu yang tak bisa terungkap kata ? jahat kali kau ni.
Kau
dan dirinyapun tak bisa ku salahkan dengan berjuta alasan. Memang jahat. Tapi
apa yang bisa di kata jika kau saja ikut terluka. Tak hanya aku, dirinya tapi
dirimupun juga. Segalanya sama. Menanggung rasa yang tak langsung menyiksa.
Lalu salah siapa ? bukan aku dirimu ataupun dirinya. Tapi waktu. Waktu yang
menautkan kita memberi cerita. Lalu ada
rasa dan berakhir akan derita.
Seperti itukah kisah kita ? ku
harap tidak. Walau sakit memang datang menyapa. ku yakin tawa bahagiakan
bersamanya.
Tapi
apa kata. Manusia tetaplah manusia. Mereka tak sabar dengan jalan cerita yang
ada.