BLANTERVERIONv101
TEMPLATEVERIONv101

Lucy

Kembang Wae
Image

 


         


            Benda putih transparan ini masih membungkusku. di dalam toko ternama di kota ini. aku hanyalah sebuah jepit rambut usang yang masih terbungkus rapi. di letakkan pada tempat yang membuatku tak pernah di lirik seseorang. jujur saja. aku benar2 merasa bosan berada disini. hari2ku hanyalah mendengarkan ocehan2 tak berguna dari para benda2 mewah yg setiap hari pergi menghilang dan berganti. bertaruh siapa yg akan lebih cepat pergi dari sini karena daya tarik dan pesona kemewahan mereka. itu benar2 menjijikkan. andai saja, aku bisa berjalan. aku pasti sudah kabur jauh dari tempat ini. hingga suatu hari. seorang laki2 tua berjalan menghampiriku. menampilkan wajah penuh senyumnya. mengambil dan membawaku menuju kasir " ini benar2 tak dapat dipercaya " ucap si mewah crown flower imitasi. yang lain hanya menatapku dengan wajah bingung mereka.

 

            "tidak usah di bayar. itu untukmu saja. benda itu sudah tak berguna lagi disini. terlalu kuno dari keluaran terbaru" ucap petugar kasir itu. "hey ! tutup mulutmu ! kau tak pantas berkata seperti itu !" teriakku padanya. namun, aku hanyalah jepit rambut yg takkan mungkin di dengar olehnya. laki2 tua itu memasukkanku kedalam sakunya. lalu berjalan pergi meninggalkan toko itu. sayup2 ku dengar suara derap kaki yg semakin jelas ke arahku. "kakek !" teriakan itu. aku menduganya berasal dari seorang gadis berumur 15 tahun. laki2 itu mengambilku dari sakunya. kemudian memberikannya pada gadis itu. "selamat ulang tahun sayang." ucapnya seraya mencium kedua pipi manisnya. gadis itu sejenak menatapku. menampilkan wajah manisnya di depanku. tepat diatas telapak tangan mungilnya. "terima kasih kakek" ucapnya menggenggamku. kemudia memeluk laki2 tua itu. yg dipanggilnya sebagai kakek. setiap hari aku selalu berada diatas rambut hitam gadis itu. menjepit rambutnya agar tak jatuh menutupi pandangannya.

 

            aku tahu keluarga kecil ini jauh dari kata tercukupi untuk hidunya. sang kakek hanyalah seorang kuli bangunan yg terlalu renta dengan tubuh tuanya. sedangka sang gadis yg kutahu bernama mary kini kelas 3 sma. tunggu dulu, aku tak memata matai mereka. aku tahu itu semua karna mary selalu membawaku kemana saja ia pergi. kecuali saat ia tidur. dan mereka selalu membicarakan apa yg mereka lakukan sehari di meja makan saat makan malam. tentu saja aku mengetahuinya. ingin sekali aku membantu mereka. walaupun itu hanya membuat mereka tertawa lepas tanpa beban. tapi, aku hanya sebuah jepit rambut. apa yang bisa kulakukan ? waktupun terus berlanjut. yg bisa ku lakukan hanyalah memegang rambutnya. menjepitnya agar tak mengganggu aktivitasnya.

 

            hey lucy ! namamu dipanggil. majulah kedepan ! cepat !" teriakku padanya. namun lucy tak bergerak sedikitpun. "kakek ! ayo! cucumu dipanggil kedepan. ia pasti akan menjadi juara" bujuku pada kakek. namun mereka tetap terdiam. astaga, apa yang kulakukan pantas saja mereka tak mendengarnya. aku hanxa jepit rambut. bodoh sekali. "oh hey! lihatlah ! bukankah dia gadis yang bernama sama denganmu ? apa yang dia lakukan didepan?" bukankah yang seharusnya di sana itu lucy. oh maaf, lucy ku yang ku maksud. "hey kau ! lucy palsu ! hentikan skenario bodohmu ! turun kau dari sana ! tak pantas kau berdiri di podium itu dengan senyum licikmu" teriakku kesal karena terbawa emosi. ingin sekali aku menghajarnya. memukuli wajah liciknya. membongkar semua kedok kejahatannya. tapi, aku hanyalah benda mati yang begitu bodoh ingin melakukannya. sedangkan lucy dan kakek, mereka hanya orang kecil yang takkan pernah di dengar perkataanya.

 

            aku mencoba bertanya pada dompet yang duduk di depanku. ia berkata pasti ada sesuatu yang terjadi di luar kendali. akupun berpikir bagaimana caranya membongkar itu semua ? kami pulang dengan tangan hampa. dengan rasa kecewa karena berharap terlalu jauh. lucy meletakanku di atas meja belajarnya. menatapku dengan wajah sedih. dan, tetes demi tetes air matanya terjatuh. "apa yang harus kulakukan ? lucy menangis. ia menangis didepanku. oh, kumohon. janganlah menangis lucy. aku berjanji akan menyelesaikan masalah ini." seakan akan ia mengerti apa yang kukatakan. tangisnya berhenti. ia menatapku lekat lekat. "akan kuselesaikan ini" dan setelah itu, mata indahnya pun tertutup. memperlihatkan deretan mimpi indah yang tak terlihat olehku.

 

            suara nyaring dari jam beker lucy membangunkanku. seperti biasa, ia selalu menjerit keras saat jarum jarum ditubuhnya tepat diatas angka lima. ingin rasanya kudorong ia agar pecah dan tak menggangguku lagi. tapi aku takkan pernah bisa melakukannya. karna benda bodoh itu adalah warisan dari ibu lucy tercinta. lucy menaruhku diatas kepalanya. tepat di bagian kanan depan untuk menjepit rambutnya. sepertinya, hari ini lucy terlalu bersemangat untuk melakukannya. begitu juga dengan ku. "ayo lucy ! kita temukan siapa dalang dari sandiwara menjijikkan ini !!" kamipun melakukan penyelidikan kesana kemari. kami terlihat seperti detektif amatir yang tak tahu kasus bodoh apa yang kami selidiki. lucy mencoba bertanya pada orang orang yang sudah ia curigai. ia telah bekerja keras merincinya tadi pagi. mencoba berpikir siapa saja yang terlibat dalam kasusnya. bertanya dg wajah pucat jk sj ia salah bicara dan dianggap menuduh org, mencemarkan nama baik y lalu dijebloskan kedalah penjara.

 

            aku. tentu saja aku membantunya. kau pikir aku hanya duduk diam mengikuti lucy kesana kemari. justru tugasku lah yang paling berat. aku bertanya pada setiap dinding ruangan di mana lucy melewatinya. bertanya pada mistar mistar panjang. dan beberapa benda yang mungkin terlihat mencurigakan. hari pertama, kedua bahkan ketiga. semuanya nihil.mereka semua terlalu membungkam mulut.

 

            teriakku menyemangati pada setiap langkahnya. walaupun ku yakin ia tak kan mendengarnya. tiba2 sebuah kabar menyergap kami. membunuh urat nadi kami. hingga membatu, membisu, bahkan membeku tanpa rasa. "lucy ! kakekmu meninggal. cepatlah pulang bersamaku ! " ucap seorang gadis padanya. aku hanya diam membatu diatas kepalanya. upacara pemakaman begitu terasa sunyi bagi ku dan lucy. tak sekedar sunyi, tapi begitu menyakitkan. lucy menangis bahkan meraung raung menatap jenazah kakeknya. begitu sangat menyayat hati. miris. andai saja jika aku bisa mengeluarkan air mata. mungkin aku akan seperti lucy.

 

            "lucy ! tetaplah berjuang. jangan menyerah sebelum kau mencobanya 1001x."

            di tengah suasana sunyi terdengar ocehan dari benda-benda mati tak sopan itu. aku bisa saja mengacuhkan mereka. entah, terserah tentang apa yang mereka katakan. namun tidak untuk sekarang. saat sebuah dompet berkata jika ia dan teman-temanya menduga yang meninggal itu kakek lucy. tapi ternyata bukan lucy itu yang mereka maksud. oh. tunggu dulu. apakah mungkin lucy ? maaf bukan lucy ku yang kumaksud. kalian pasti mengerti tanpa aku memberitahunya bukan ? oh astaga ! dan sekarang aku tahu kebenarannya. "hey kalian. bisakah kalian membantuku ? tolong sampaikan tentang apa yang kalian katakan tadi pada lucy. tuanku ini. bagaimanapun caranya. " ucapku terus terang kepada mereka. sedangkan mereka hanya terdiam menatapku.

Image
Image

Comments

BLANTERVERIONv101