Untukmu yang syahdu dalam
bisu bagai lagu. Terpendam batu dalam
tanah berlumpur bak bunga yang jatuh memekar diatasnya.
Ku
kirim pesan untukmu. Dengan aksara aksara murni dari para pendahulu. Ulasan
lama yang usang namun takkan hilang tanpa terbuang.
Dunia
ini serba berpasang. Penuh lawan atau sesama kawan. Seperti aku dan dirimu
dengan kata indah yang memikat mempesona penuh goda. Namun, terkadang menusuk
menghujam tubuhmu yang terdalam.
Ingatkah
kau petuah akan raja raja ? Jika dunia ini tidak selamanya adil bertahta. Cinta
diatas segala. Karma hilang tiada jejak berada.
Berhati
hatilah. Musuh mengintai. Hati polos nan tulus sasaran terbuai. Bukan. Namun
target mematikan yang kan terbunuh hilang rusak hancur jika terbengkalai.
Tenggelam dalam rasa yang membunuh logika. Lupa bahwa aturan permainan tetap
berjalan semestinya.
Hai
dirimu. Sang pemilik segenggam daging tak hidup itu. Berhati hatilah. Ketika
menemukan sebuah nyawa yang mampu menggerakkanmu. Mengubah dunia dari sudut
pandang yang lebih indah. Manis dengan segala macam kenikmatan di dalamnya.
Tanpa kau sadari semua perlu ditukar dengan seribu macam hal yang tak pernah
kau bayangkan.
Anggap
saja sama seperti dirimu tercebur dalam kolam berair. Entah dangkal ataupun
dalam. Sama saja pakaianmu basah bahkan hingga menetes airnya. Kalaupun tidak
tenggelam. Tetap saja air itu membasahimu. Mengenaimu. Meninggalkan jejak yang
mungkin agak lama hilangnya.
Mengertilah.
Ketika kau melihat cahaya yang berpendar pasti kau kan melihat bayangannya.
Ketika kau merasakan cinta. Kau juga akan mengetahui bagaimana sakitnya.
Ini
bukan cerita tentang muda mudi yang sedang bersemi. Bukan juga tentang sepasang
insan yang sedang berkasih. Ini hanyalah secoret kata dari pendahulu.
Pendahulu
yang merasakannya terlebih dahulu. Mengerti akan rentetan cerita yang akan
terus berulang.