Suatu hari saya menonton video dari
youtube. Video itu bercerita tentang Dewi Drupadi yang tengah dilucuti
pakaiannya oleh Dursasana. Sedangkan pandawa saat itu tidak memiliki kuasa
untuk melawan. Saya membayangkan betapa malunya dia diperlakukan seperti itu.
Tidak bisa berkutik dan hanya memejamkan mata sambil pasrah berdoa meminta
pertolongan Yang Kuasa.
Semua itu terjadi lantaran permainan dadu
yang dilakukan oleh Yudhistira. Ia mempertaruhkan segalanya bahkan istri dan
saudara-saudaranya. Yudhistira sendiri terhasut oleh Sengkuni. Melalui taktik
licik Sengkuni, pihak Duryudana memenangkan setiap pertaruhan.
Disini saya sempat emosi dan juga takjub.
Pertama saya emosi dengan Yudhistira yang mana ia adalah karakter hebat dengan
watak adil, jujur dan sabar. Tapi mengapa ia bisa-bisanya terhasut oleh
Sengkuni. Dan dilain sisi saya takjub dengan Sengkuni yang mampu menghasut
Yudhistira hingga mau mempertaruhkan segala yang ia punya. Betapa hebatnya
hasutan Sengkuni ini.
Setelah kehabisan segalanya untuk
dipertaruhkan Yudhistira tidak bisa berbuat apa-apa. Statusnya sebagai budak
karena perjudian juga ikut menyeret saudaranya sehingga membuat dirinya
kehilangan kuasa untuk menyelamatkan Drupadi dari situasi memalukan.
Namun keajaiban terjadi, Kain sari yang
tengah ditarik Durasasana dari tubuh Drupadi tak henti-hentinya habis dan terus
memanjang menutupi tubuh Drupadi. Dursasana yang mengetahui hal tersebut masih
saja terus menarik bahkan hingga kainnya menumpuk dan menggunung. Lalu pada akhirnya
Dursasana kelelahan.
Dibalik keajaiban itu ternyata semua adalah
karma dari perbuatan Drupadi. Dahulu Drupadi pernah menyobek kain sarinya
ketika Krisna menunjukan tangan yang terluka. Sambil menangis Drupadi membalut
luka itu dengan penuh kasih sayang.
Dari sini saya ingin menyoroti atas apa
yang dilakukan Drupadi pada Krisna. Ia dengan tulus membalut luka bahkan
menyobek kain sarinya tanpa tahu bahwa jika suatu saat hal itu berguna bagi
dirinya.
Mungkin dalam kehidupan tuhan telah
menyediakan ladang bagi kita. Tergantung kita apakah mau menanamnya untuk
kebaikan kita kelak di masa depan. Seperti pepatah “Siapa yang menanam, dia
yang akan menuai”. Segala sesuatu kebaikan yang kita lakukan akan kembali pada
kita.
Disekitar kita mungkin banyak sekali ladang
yang tuhan sediakan tanpa kita tahu. Orang yang butuh pertolongan dijalan.
Teman yang kesusahan. Tetangga yang sedang kerepotan. Bermacam-macam lahan
sudah ada, tinggal bagaimana kita akan menanamnya.
Saya tidak mau menggurui dalam hal ini.
Karena setiap orang memiliki situasi dan kondisi yang berbeda. Namun saya hanya
mengingatkan diri saya dan kalian semua para pembaca tercinta untuk selalu
menanam dan terus menanam kebaikan. Jangan bosan ataupun lelah. Bahkan sampai
muncul kalimat “Orang jahat lahir dari orang baik yang tersakiti.” No ! Menurut
saya itu adalah hal bodoh dalam berbuat. Jika memang tulus maka kau tidak
mengharapkan imbalan. KECUALI jika situasi diluar kendali. Hehehe……